Minggu, 26 April 2015

Tips sukses inquiry













INQUIRY LEARNING

Pembelajaran Inkuiri
1.    Pengertian
Menurut Arends dalam  Learning to Teach, tujuan dan hasil belajar pembelajaran inkuiri ada empat, yakni untuk memperoleh pengetahuan, pengembangan keterampilan berpikir dan bernalar, metakognisi, sikap positif dan penghargaan untuk pengetahuan yang sementara diperoleh. Dengan kata lain, model inkuiri berkaitan dengan aktivitas  pencarian  pengetahuan atau pemahaman untuk memuaskan rasa ingin tahu sehingga siswa  akan menjadi pemikir kritis dan kreatif yang mampu memecahkan masalah. Hal ini sejalan dengan pendapat Sanjaya (2006) bahwa model inkuiri adalah suatu model pembelajaran yang menekankan pada proses berpikir secara kritis dan analitis untuk mencari dan menemukan sendiri jawaban dari suatu permasalahan yang dipertanyakan. Sedangkan Borich dan Ong (2006)  menyatakan pembelajaran inkuiri menekankan pada pemerolehan informasi, pengetahuan dan fakta.  Menurut National Science Education Standards America (2000), inkuiri terdiri dari aktivitas yang beragam: mengajukan pertanyaan, menguji kebenaran isi buku dan sumber informasi lainnya, merencanakan investigasi, mereview apa yang dihasilkan dari eksperimen, menggunakan alat, menganalisis dan mengiterpretasi data, mengusulkan jawaban, menerangkan, memprediksi, dan mengkomunikasikan hasil. Inkuiri juga meliputi identifikasi asumsi, menggunakan pemikiran logis dan kritis, dan mempertimbangkan penjelasan alternatif.
Berdasarkan pendapat-pendapat para ahli yang telah dikemukakan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa model inkuiri adalah model yang memberi kesempatan kepada siswa untuk terlibat secara aktif dalam proses pembelajaran melalui pengamatan dan mencari informasi  sehingga siswa terlatih  berpikir kritis, analitis, dan kreatif untuk menemukan sendiri data, fakta, pengetahuan, dan konsep yang pada akhirnya mampu menggunakannya  dalam memecahkan masalah yang dihadapi. Secara khusus pembelajaran inkuiri melibatkan ketrampilan penyelidikan ilmiah dan berpikir tingkat tinggi  untuk menemukan konsep dan pengetahuan sehingga bermanfaat dalam pemecahan masalah.  Jadi, pembelajaran inkuiri melibatkan siswa secara aktif dalam melakukan strukturisasi konsep shingga  dapat meningkatkan pemahaman konsep dan mengurangi terjadinya miskonsepsi.
2.    Jenis-jenis pembelajaran inkuiri
Dalam penerapan di bidang pendidikan, ada beberapa jenis  inkuiri. National Science Education Standards (2000) menggolongkan inkuiri menjadi guided inquiry dan open inquiry. Guided inquiry lebih fokus pada konsep-konsep sains, sedang open inqury lebih berpeluang dalam pengembangan kemampuan kognitif dan penjelasan ilmiah.
Martin dan Hansen (2002) menggolongkan inkuiri menjadi  structured inquiry,  guided inquiry, open inquiry, dan coupled inquiry. Inkuiri terbimbing (guided inquiry) digunakan terutama bagi siswa yang belum mempunyai pengalaman belajar dengan model inkuiri. Dalam hal ini guru memberikan bimbingan dan pengarahan yang cukup luas. Dalam pelaksanaannya, sebagian besar perencanaan dibuat oleh guru dan para siswa tidak merumuskan permasalahan sendiri. Inkuiri terbuka (open inquiry) dipergunakan pada siswa yang telah terbiasa melakukan kegiatan inkuiri. Pada pengajaran ini, siswa harus dapat mengidentifikasikan dan merumuskan berbagai topik permasalahan yang hendak diselidiki. Metodenya adalah inquiry role approach yang melibatkan siswa dalam kelompok tertentu. Setiap anggota kelmpok memiliki tugas tertentu, misalnya koordinator kelompok, pembimbing teknis, pencatatan data, dan pengevaluasi proses. Inkuiri bebas yang dimodifikasi (coupled Inquiry) adalah gabungan dari inkuiri terbuka dan terbimbing. Pada tahap awal inkuiri ini guru memberikan permasalahan atau problem dan kemudian siswa diminta untuk memecahkan permasalahan tersebut melalui pengamatan, eksplorasi, dan prosedur penelitian. Tahap selanjutnya siswa diarahkan merumuskan masalah dan merencanakan proosedur pengamatan sendiri sampai pada saatnya inkuiri berpindah dari inkuiri terbimbing menjadi inkuiri terbuka. Inkuiri terstruktur (structured inquiry) merupakan inkuiri terbimbing yang langsung diarahkan oleh guru. Semua persiapan materi dan tugas telah disiapkan guru, sedangkan siswa hanya melaksanakan apa yang sudah dipersiapkan guru.
Penerapan inkuiri di kelas harus memperhatikan tujuan pembelajaran dan latar belakang siswa. Pembelajaran yang bertujuan melatihkan keterampilan berpikir tingkat tinggi lebih cocok menggunakan inkuiri terbuka dari pada inkuiri tertutup (NSES, 2000). Inkuiri terbuka lebih menjanjikan untuk pengembangan kemampuan kognitif dibandingkan inkuiri tertutup. Oleh karena itu penulis memilih inkuiri terbuka dalam penelitian ini untuk tujuan melatihkan keterampilan berpikir kritis.   
3.      Karakteristik Inkuiri
Menurut Borich dan Ong (2006) ciri-ciri inkuiri: (1) pembelajaran dimulai dari pertanyaan terbuka dan menantang, (2) proses berpusat pada siswa, (3) berproses secara spiral, dari mudah ke sukar dan dari sederhana ke kompleks, (4) penilaian dilakukan dengan mencocokkan jawaban dan cara kerja siswa. Sejalan dengan itu, Sanjaya (2006) menyebutkan bahwa yang menjadi karakteristik utama  pembelajaran inkuiri adalah menekankan pada mencari dan menemukan serta bertujuan mengembangkan kemampuan berpikir.  Jadi dalam pembelajaran inkuiri, siswa tidak hanya menerima penjelasan guru secara verbal, tetapi mereka berperan untuk menemukan sendiri inti dari materi pelajaran itu sendiri. Seluruh aktivitas yang dilakukan siswa diarahkan untuk mencari dan menemukan jawaban sendiri dari sesuatu yang dipertanyakan, sehingga diharapkan dapat menumbuhkan sikap percaya  diri (self belief). Dengan demikian, model pembelajaran inkuiri menempatkan guru bukan sebagai sumber belajar akan tetapi sebagai fasilitator dan motivator belajar siswa. Siswa tidak hanya dituntut agar menguasai materi pelajaran, akan tetapi bagaimana mereka dapat menggunakan kemampuan yang dimilikinya secara optimal. 
Berdasarkan ciri-ciri yang dikemukakan di atas, inkuiri merupakan bentuk dari pendekatan pembelajaran yang berorientasi kepada siswa (student centered approach).   Peranan guru pada pembelajaran ini adalah sebagai motivator, yang memberi rangsangan supaya siswa aktif dan bergairah dalam berpikir),  fasilitator (yang menunjukkan jalan keluar jika ada hambatan dalam proses berpikir siswa), penanya (untuk menyadarkan siswa dari kekeliruan yang mereka perbuat dan memberi keyakinan pada diri sendiri), administrator (yang bertanggung jawab terhadap seluruh kegiatan di dalam kelas), pengarah (yang memimpin arus kegiatan berpikir siswa pada tujuan yang diharapkan), manajer (yang mengelola sumber belajar, waktu, dan organisasi kelas), dan  rewarder (yang memberi penghargaan pada prestasi yang dicapai dalam rangka peningkatan semangat heuristik pada siswa). Jadi inkuiri sangat sesuai untuk membelajarkan berpikir kritis dan mereduksi miskonsepsi karena memberikan peranan kepada siswa untuk seluas-luasnya melakukan kegiatan pembelajaran menemukan konsep.
4.    Prinsip-prinsip  Inkuiri
Menurut Sanjaya (2006:199) ada beberapa prinsip yang harus diperhatikan oleh setiap guru dalam penggunaan inkuiri yaitu beorientasi pengembangan intelektual, interaksi, bertanya, berpikir, dan keterbukaan. Hal ini berarti bahwa tujuan utama dari inkuiri adalah pengembangan kemampuan berpikir. Oleh karena itu kriteria keberhasilan dari proses pembelajaran bukan ditentukan oleh sejauh mana siswa dapat menguasai materi pelajaran, akan tetapi sejauh mana siswa beraktivitas mencari dan menemukan sesuatu. Dalam proses pembelajaran, proses interaksi antara siswa dengan guru, siswa dengan siswa, dan siswa dengan lingkungan juga harus diarahkan dalam mengembangkan kemampuan berpikir, sehingga melatihkan siswa belajar dengan memulai dari pertanyaan sangat penting dilatihkan. konsekwensinya guru harus mahir dalam membuat pertanyaan dan melatihkan membuat pertanyaan.
Sebagaimana amanat Permendiknas No. 16 tahun 2006, belajar bukan hanya mengingat sejumlah fakta, akan tetapi belajar adalah proses berpikir (learning how to think), yakni proses mengembangkan potensi seluruh otak. Pembelajaran inkuiri memberikan ruang bagi siswa untuk mengembangkan potensi ini karena anak dirangsang untuk mencari dan menemukan jawaban atas pertanyaannya. Terkait dengan ini, tugas guru adalah menyediakan ruang untuk memberikan kesempatan kepada siswa mengembangkan hipotesisnya dan secara terbuka membuktikan kebenaran hipotesis yang diajukan. Kegiatan diskusi perlu dioptimalkan agar terjadi saling tukar informasi dan pendapat secara terbuka sehingga jawaban atas masalah yang diajukan dapat dibahas bersama siswa yang lain.
5.    Langkah-langkah Model inkuiri
Menutur Arends (2009), pembelajaran berbasis inkuiri dijalankan melalui orientasi, merumuskan masalah, mengemukakan hipotesis, mengumpulkan data, merumuskan jawaban, dan merefleksi apa yang didapat. Sanjaya (2006:201) menyederhanakan sintak inkuiri dalam lima tahap inkuiri: orientasi,  merumuskan masalah, mengajukan hipotesis, mengumpulkan data, menguji hipotesis, dan merumuskan simpulan. National Science Education Standards (2000) juga memutuskan lima komponen inkuiri: (1) merangsang pertanyaan (2) mengeksplorasi ide (3) menganalisis dan menginterpretasi data, (4) mempresentasikan pemahaman, dan (5) merevie dan menilai pekerjaan bersama. Alberta Learning Centre (2004) menerapkan enam fase inkuiri yang meliputi perencanaan (planning), pemerolehan informasi (retrieving), memproses informasi (processing), menciptakan informasi (creating), mengkomunikasikan informasi (sharing), dan mengevaluasi (evaluating).
Berdasarkan kajian sintak inkuiri, ada bermacam-macam sintak yang digunakan para ahli, tetapi sintak-sintak tersebut tidak berbeda secara prinsip. Borich dan Ong (2006) menyatakan bahwa secara umum kegiatan-kegiatan yang harus ada dalam inkuiri adalah merumuskan pertanyaan, merencanakan investigasi, membuat dan menganalisis, mendiskusikan dan merefleksi kegiatan. Berdasarkan kajian di atas, sintak pembelajaran inkuiri terbuka yang dimodifikasi meliputi (1) perencanaan/planning (menjelaskan tujuan pembelajaran dan memotivasi siswa serta mengorientasikan siswa pada masalah berkaitan dengan kesetimbangan kimia), (2) memperoleh informasi /retrieving (mengkondisikan siswa bereksplorasi menggunakan kemampuan minds-on-nya), (3) memproses informasi/processing (termasuk melaksanakan percobaan (hands-on) dan menganalisis data), (4) menciptakan informasi /creating (mengorganisasi informasi, membuat simpulan, membuat laporan), (5) mengkomunikasikan informasi/sharing (siswa mempresentasikan hasil), dan (6) mengevaluasi/evaluating (evaluasi hasil pembelajaran dan menugasi siswa untuk merefleksi terhadap proses pembelajaran dan konsep utama yang dipelajari).
6.        Kelebihan dan Kelemahan Model inkuiri
Inkuiri merupakan salah satu model pembelajaran yang sangat dianjurkan untuk diterapkan dalam proses pembelajaran sebab memiliki beberapa keunggulan.  (Sanjaya, 2006) mengemukakan bahwa model inkuiri memiliki beberapa keunggulan.
a.       Menekankan kepada pengembangan aspek kognitif, afektif dan psikomotor secara seimbang sehingga pembelajaran akan lebih bermakna.
b.      Memberikan ruang kepada siswa untuk belajar sesuai dengan gaya belajar mereka.
c.       Sesuai dengan perkembangan psikologi belajar modern yang menganggap belajar adalah proses perubahan tingkah laku.
d.      Dapat melayani kebutuhan siswa yang memiliki kemampuan di atas rata-rata. Artinya, siswa yang memiliki kemampuan belajar yang bagus tidak akan terhambat oleh siswa yang lemah dalam belajar.
e.       Pengajaran berpusat pada diri siswa sehingga memberi waktu kepada pembelajar unuk mengasimilasi dan mengakomodasi informasi serta terhindar dari cara-cara belajar tradisional yang bersifat membosankan.
f.       Siswa tidak hanya belajar konsep dan prinsip, tetapi juga mengalami proses belajar tentang pengarahan diri, pengendalian diri, tanggung jawab dan komunikasi sosial secara terpadu.
g.      Dapat membentuk self concept (konsep diri).
Model inkuiri sebagai salah satu model pembelajaran di samping memiliki banyak keunggulan juga memiliki kelemahan.
a.    Kegiatan dan keberhasilan siswa sulit dikontrol.
b.    Sulit dalam perencanaannya karena terbentur dengan kebiasaan belajar siswa dan diperlukan kesiapan mental dalam belajar.
c.    Memerlukan waktu yang panjang sehingga sering guru sulit menyesuaikan dengan waktu yang telah ditentukan.
d.   Selama kriteria keberhasilan ditentukan oleh kemampuan siswa menguasai materi pelajaran, maka model inkuiri akan sulit diimplementasikan oleh setiap guru.
e.    Kalau pendekatan inkuiri diterapkan dalam kelas dengan jumlah siswa yang besar, kemungkinan besar tidak berhasil dampaknya dapat mengecewakan guru dan siswa sendiri.
f.     Siswa yang terbiasa belajar dengan pengajaran tradisional yang telah dirancang guru, biasanya agak sulit untuk memberi dorongan. Lebih-lebih kalau harus belajar mandiri.
g.    Ada kesan dananya terlalu banyak, lebih-lebih kalau penemuannya kurang berhasil, hanya merupakan suatu pemborosan.

Kelemahan-kelemahan model inkuiri bukanlah hambatan untuk kemudian tidak menerapkannya. Tidak ada model yang sempurna, yang paling baik adalah bagaimana menyelesaikan kelemahan tersebut dan mencari alternatif untuk menjadikannya sebagai modal mencapai  keberhasilan pembelajaran. Sebagai contoh, jika inkuiri cenderung menghabiskan waktu yang lama, maka bagaimana guru mendesain pembelajaran agar siswa optimal dalam belajar tanpa harus membuang-buang waktu.


Jumat, 24 April 2015

RA Kartini dan judul buku "Habis Gelap Terbitlah Terang"



Apakah pernah terbersit dibenak kita tentang dari mana asal kalimat habis gelap terbitlah terang?, yang merupakan judultulisan RA Kartini yang fenomenal itu?. Berikut ceritanya:
RA  Kartini adalah salah satu murid Kyai Sholeh Darat. Kepada teman-temannya, bangsa Belanda Kartini tidak menceritakan pertemuannya dengan Kyai Sholeh bin Umar dari Darat, Semarang yang lebih dikenal dengan sebutan Kyai Sholeh Darat. Adalah Nyonya Fadhila Sholeh, cucu Kyai Sholeh Darat, yang menuliskan kisah ini.
Takdir, menurut Ny Fadihila Sholeh, mempertemukan Kartini dengan Kyai Sholel Darat. Pertemuan terjadi dalam acara pengajian di rumah Bupati Demak Pangeran Ario Hadiningrat, yang juga pamannya.
Kyai Sholeh Darat memberikan ceramah tentang tafsir Al-Fatihah. Kartini tertegun. Sepanjang pengajian, Kartini seakan tak sempat memalingkan mata dari sosok Kyai Sholeh Darat, dan telinganya menangkap kata demi kata yang disampaikan sang penceramah.
Ini bisa dipahami karena selama ini Kartini hanya tahu membaca Al Fatihah, tanpa pernah tahu makna ayat-ayat itu.
Setelah pengajian, Kartini mendesak pamannya untuk menemaninya menemui Kyai Sholeh Darat. Sang paman tak bisa mengelak, karena Kartini merengek-rengek seperti anak kecil. Berikut dialog Kartini-Kyai Sholeh.
“Kyai, perkenankan saya bertanya bagaimana hukumnya apabila seorang berilmu menyembunyikan ilmunya?” Kartini membuka dialog.
Kyai Sholeh tertegun, tapi tak lama. “Mengapa Raden Ajeng bertanya demikian?” Kyai Sholeh balik bertanya.
“Kyai, selama hidupku baru kali ini aku berkesempatan memahami makna surat Al Fatihah, surat pertama dan induk Al Quran. Isinya begitu indah, menggetarkan sanubariku,” ujar Kartini.
Kyai Sholeh tertegun. Sang guru seolah tak punya kata untuk menyela. Kartini melanjutkan; “Bukan buatan rasa syukur hati ini kepada Allah. Namun, aku heran mengapa selama ini para ulama melarang keras penerjemahan dan penafsiran Al Quran ke dalam Bahasa Jawa. Bukankah Al Quran adalah bimbingan hidup bahagia dan sejahtera bagi manusia?”
Dialog berhenti sampai di situ. Ny Fadhila menulis Kyai Sholeh tak bisa berkata apa-apa kecuali subhanallah. Kartini telah menggugah kesadaran Kyai Sholeh untuk melakukan pekerjaan besar; menerjemahkan Alquran ke dalam Bahasa Jawa.
Setelah pertemuan itu, Kyai Sholeh menerjemahkan ayat demi ayat, juz demi juz. Sebanyak 13 juz terjemahan diberikan sebagai hadiah perkawinan Kartini. Kartini menyebutnya sebagai kado pernikahan yang ternilai manusia.
Kyai Sholeh membawa Kartini ke perjalanan transformasi spiritual. Pandangan Kartini tentang Barat (baca: Eropa) berubah.
KH Saleh Darat sangat mempengaruhi pemikiran pejuang wanita Indonesia yaitu RA Kartini, hadiah paling berharga dalam pernikahannya adalah kitab-kitab yang diterjemahkan dengan huruf pegon (huruf arab untuk bahasa Jawa) dengan demikian RA Kartini mampu mempelajari ayat-ayat Al-Qur’an. Judul tulisannya “Habis Gelap Terbitlah Terang”terinspirasi dari penggalan ayat : “mina dzulumati ila nur“.
Surat yang diterjemahkan Kyai Sholeh adalah Al Fatihah sampai Surat Ibrahim. Kartini mempelajarinya secara serius, hampir di setiap waktu luangnya. Sayangnya, Kartini tidak pernah mendapat terjemahan ayat-ayat berikut, karena Kyai Sholeh meninggal dunia.
Cita-cita RA Kartini untuk menjadi seorang pribadi muslimah yang sholehah telah diselewengkan oleh  propaganda Belanda sehingga tercitra menjadi sekedar sosok pejuang emansipasi wanita.
Jika emansipasi dikonstruksikan sebagai konsep penyetaraan hak dan kedudukan antara pria-wanita untuk berperan dalam segala aspek kehidupan dan penghidupan, maka sesungguhnya hal ini merupakan penggeseran cita-cita RA Kartini dalam menuntut belenggu yang membatasi penterjemahan naskah buku-buku Islam kedalam bahasa Jawa.
Cita-cita RA Kartini menuntut kebebasan bangsanya dalam menuntut keterbukaan informasi dan pendidikan yang telah dikekang pemerintah Hindia Belanda terlebih pembatasan gerak para wanita padahal wanita adalah guru penting dari anak-anaknya. Dengan demikian secara praktis terjadi pembodohan tunas-tunas bangsa yang berpotensi ancaman bagi pemerintah kolonial Belanda.
Menolak Westernisasi
Kepopuleran Kartini sebagai penggerak emansipasi wanita Indonesia mungkin terjadi akibat propaganda kolonial Belanda. Kesimpulan ini dapat ditarik dari korespondensi Kartini dengan sejumlah tokoh perempuan di negeri penjajah itu yang kemudian diekspos melalui media dan buku-buku. Semua ini mungkin sengaja dilakukan Belanda untuk menebar pertentangan dan perpecahan (Devide at Impera) sebagai taktik untuk menghancurkan dan melemahkan semangat pemberontakan nasional.
Ditengarai juga sebagai ajang akulturasi budaya dan nilai Belanda untuk menjamah struktur nilai dan budaya Indonesia agar dapat tunduk dan simpati kepada kolonial Belanda. Maka tertanamlah di bumi Nusantara bibit-bibit westernisasi gender penyetaraan antara hak dan kewajiban pria wanita yang merusak potensi khas bakat yang ada pada perbedaan pria-wanita.
Cobalah memperhatikan surat Kartini bertanggal 27 Oktober 1902 kepada Ny Abendanon:
Sudah lewat masanya, semula kami mengira masyarakat Eropa itu benar-benar yang terbaik, tiada tara. Maafkan kami. Apakah ibu menganggap masyarakat Eropa itu sempurna? Dapatkah ibu menyangkal bahwa di balik yang indah dalam masyarakat ibu terdapat banyak hal yang sama sekali tidak patut disebut peradaban.
Tidak sekali-kali kami hendak menjadikan murid-murid kami sebagai orang setengah Eropa, atau orang Jawa kebarat-baratan.
Dalam suratnya kepada Ny Van Kol, tanggal 21 Juli 1902, Kartini juga menulis:
Saya bertekad dan berupaya memperbaiki citra Islam, yang selama ini kerap menjadi sasaran fitnah. Semoga kami mendapat rahmat, dapat bekerja membuat agama lain memandang Islam sebagai agama disukai.
Perhatikan pula surat ke Ny Abendanon, bertanggal 1 Agustus 1903, Kartini menulis:
Ingin benar saya menggunakan gelar tertinggi, yaitu Hamba Allah.
Penterjemahan Naskah Kitab-kitab Islam
Dalam suratnya kepada Stella Zihandelaar bertanggal 6 November 1899, RA Kartini menulis:
Mengenai agamaku, Islam, aku harus menceritakan apa? Islam melarang umatnya mendiskusikan ajaran agamanya dengan umat lain. Lagi pula, aku beragama Islam karena nenek moyangku Islam. Bagaimana aku dapat mencintai agamaku, jika aku tidak mengerti dan tidak boleh memahaminya?

Alquran terlalu suci; tidak boleh diterjemahkan ke dalam bahasa apa pun, agar bisa dipahami setiap Muslim. Di sini tidak ada orang yang mengerti Bahasa Arab. Di sini, orang belajar Alquran tapi tidak memahami apa yang dibaca.

Aku pikir, adalah gila orang diajar membaca tapi tidak diajar makna yang dibaca. Itu sama halnya engkau menyuruh aku menghafal Bahasa Inggris, tapi tidak memberi artinya.

Dikutip dari Azhar Muhammad, Kompasiana.com.